Penilaian Afektif
Afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa
ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil
belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak
menilai kognitif. Tipe hasil penilaian afektif tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial.
Sekalipun bahan pelajaran berisi kognitif, afektif
harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses
belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek emosional seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap
moral dan sebagainya. Di dalamnya mencakup penerimaan (receiving/attending),
sambutan(responding), tata nilai (valuing), pengorganisasian (organization),
dan karakterisasi (characterization).
Cara Pengaflikasian
Penilaian Afektif
Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat terhadap mata
pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar
secara maksimal. Sedangkan peserta didik yang memiliki minat terhadap mata
pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai ketuntasan pembelajaran
secara maksimal.
Secara umum aspek afektif yang perlu dinilai dalam proses
pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup beberapa hal, sebagai
berikut:
1.
Penilaian sikap
terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap positif terhadap mata pelajaran
akan melahirkan minat belajar, kemudian mudah diberi motivasi serta lebih mudah
dalam menyerap materi pelajaran.
2.
Penilaian sikap
terhadap guru. Peserta didik perlu memilki sikap positif terhadap guru,
sehingga ia mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru.
3.
Penilaian sikap
terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran, sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal.
Hal ini kembali kepada guru untuk pandai-pandai mencari metode yang kira-kira
dapat merangsang peserta didik untuk belajar serta tidak merasa jenuh.
4.
Penilaian sikap yang
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran. Misalnya peserta didik mempunyai sikap positif terhadap upaya
sekolah melestarikan lingkungan dengan mengadakan program penghijauan sekolah.
5.
Penilaian sikap yang
berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran. Peserta didik memiliki sikap positif terhadap berbagai kompetensi
setiap kurikulum yang terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan.
Pengukuran renah afektif meliputi lima jenjang kemampuan, yakni
sebagai berikut:
1.
Menerima
Jenjang menerima berhubungan dengan kesediaan atau
kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimulasi khusus.Dihubungkan
dengan pengeajaran jenjang ini berhubungan dengan menimbukkan, mempertahankan,
dan mengarahkan perhatiana siswa. Sedangkan perumusan untuk membuat soalnya
yaitu menanyakan, menjawab, menyebutkan, memilih, mengidentifikasi, memberikan,
mengikuti, menyeleksi, menggunakan, dan lain-lain
2.
Menjawab
Pada tingkat menjawab,
siswa hanya menghadiri sesuatu fenomena tertentu tetapi juga mereaksi
terhadapnya dengan salah satu cara. Hasil belajardalam jenjang ini dalapt
menekankan kemauan untuk menjawab. Sedangkan perumusan bentuk soalnya adalah
menjawab, melakukan, menulis, menceritakan, membantu, melaporkan, dan
sebagainya
3.
Menilai
Pada jenjang menilai siswa
diperkenalkan terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu,
jenjang ini berjenjang mulai dari hanya sekedar penerima nilai sampai ketingkat
komitmen keterampilan. Sedangkan perumusan soalnya menerangkan, membedakan,
memilih, mempelajari, mengusulkan, menggambarkan, menggabung, mempelajari,
menyeleksi, bekerja, membaca, dan sebagainya;
4.
Organisasi
Yaitu menyatukan nilai
yang berbeda, menyelesaikan masalah diantara nilai itu sendiri, jadi tugas
seorang guru dalam mengevaluasi ialah memberikan penekanan pada membandingkan,
menghubungkan dan mensistensikan nilai-nilai. Mengorganisasikan, mengatur, membandingkan,
mengintegrasikan, memodifikasi, menghubungkan, menyusun, memadukan,
menyelesaikan, mempertahankan, menjelaskan, menyatukan, dan lain-lain;
5.
Karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai
Siswa memiliki system
nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama
sehingga membentuk karakteristik “pola hidup”. Jadi, tingkah lakunya menetap,
konsisten, dan dapat diramalkan. Hasil belajar meliputi sangat banyak kegiatan,
tapi menekankan lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu
menjadi ciri khas atau karakteristik siswa itu.
Penilaian Psikomotorik
Penilaian Psikomotorik dicirikan adanya
aktivitas fisik dan keterampilan kinerja oleh siswa. Bloom mengatakan bahwa
ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Siswa
melaksanakan suatu tugas tertentu yang memerlukan keterampilan, misalnya dalam kegiatan
siswa yaitu berbagai jenis praktek yang dilakukan di sekolah demi pengambilan
nilai tugas.
Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak
berhubungan dengan ranah psikomotorik adalah praktik di aula/lapangan, di
bengkel, dan praktikum di laboratorium. Dalam kegiatan-kegiatan praktik juga
ada ranah kogitif dan afektifnya. Dalam hubungan ini guru melakukan pengamatan
untuk menilai dan menentukan apakah siswa sudah terampil atau belum, memerlukan
kerja sama kelompok dinilai keterampilan kerja sama siswa serta keterampilan
kepemimpinan siswa dan lain sebagainya
Menurut R.H. Dave (1970) hasil belajar ranah
psikomotor dibagi menjadi lima tahap yaitu:
1)
Imitasi (imitation)
Imitasi adalah kemampuan melakukan
kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau di
perhatikan sebelumnya.
2)
Manipulasi
(manipulation)
manipulasi adalah kemampuan
melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihatnya tetapi berdasarkan
pada pedoman atau petunjuk saja.
3)
Presisi (precision).
Presisis adalah kemampuan
melakukan kegiatan-kegiatan akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang
presisi.
4)
Artikulasi
(articulation)
Artikulasi yaitu kemampuan melakukan
kegiatan kompleks dan ketepatan sehingga produk kerjanya utuh.
5)
Naturalisasi
(naturalization).
Naturalisasi yaitu
kemampuan melakukan kegiatan secara refleks yaitu keiatan melibatkan fisik saja
sehingga efektivitas kerja tinggi.
dari apa yang putri tulis untuk penilaian afektif, yang menjadi pertanyaan saya bagaimana jika ada siswa pintar yang artinya memiliki nilai kognitif tinggi tapi dari segi afektif atau sikapnya rendah.. bagaimana solusi yang baik dalam melakukan penilaian terhadap siswa yang memiliki kondisi demikian
BalasHapusBisa dikatakan siswa di kota Jambi ini sangat jarang memiliki nilai kognitif tinggi dg sikap yg rendah. Tapi pasti ada. Nah pada kurikulum 2013 skrg ini dalam penilaian khususnya di rapor, tidak hanya nilai kognitif dn rangking kelas saja yg dicantumkan, aspek sikap dn psikomotor seperti minat dn bakatpun dicantumkan sebagai penilaian hasil belajar siswa. Seorang siswa yg memiliki kognitif tinggi tidak akan sembarang bertindak ataupun bersikap. Karena si siswa memiliki pemikiran atau daya analisis yg tinggi.
BalasHapusnamun permasalahan ini terkadang dijumpai,, siswa pintar belum tentu cerdas,, dimana siswa tersebut masih lemah tingkat kesadaran diri, EQ dan SQ.
BalasHapusMenurut saya, siswa pintar blm bisa dikategorikan kognitif tinggi. Dia pintar dalam artian apa?? Sedangkan menurut saya yg memiliki level kognitif tinggi itu disebut siswa cerdas. Siswa cerdas tidak akan sembarangan.
BalasHapuskecerdasan seseorang bisa dari segi IQ, EQ dan SQ. jika hanya IQ, siswa tersebut hanya dikategorikan pintar namun belum diimbangi dengan kecerdasan emosi(EQ) dan SQ sehingga jika IQ tidak diimbangi dengan EQ maka siswa itu hanya pintar tapi tidak cerdas secara emosi dan spritual,, hal ini yang mempengaruhi sikap siswa tersebut. sehingga ada dijumpain siswa yang pintar tapi memiliki akhlak yang tidak baik
BalasHapus